
Sudah pernah ke Banda Aceh belum? Kalau belum, salah satu spot yang wajib kamu masukin dalam itinerary adalah Masjid Raya Baiturrahman. Masjid ini bukan cuma tempat ibadah, tapi juga simbol ketangguhan rakyat Aceh yang bikin hati terenyuh setiap kali liatnya. Bayangin aja, di tengah hiruk-pikuk kota, berdiri megah bangunan putih dengan kubah hitam yang kontras banget sama langit biru.
Saya yang pertama kali kesana pas liburan tahun lalu, rasanya itu seperti masuk ke halaman sejarah hidup. Udara sejuk, suara azan bergema, dan orang-orang yang saling sapa ramah bikin suasana tenang sekaligus hidup. Pesonanya emang gak ada obat, selalu bikin pengen balik lagi.
Yang bikin masjid ini spesial, selain keindahannya, adalah cerita di baliknya. Dari era kesultanan sampe bencana besar, dia tetap berdiri tegak. Kamu tau gak, masjid ini selamat dari tsunami 2004 yang ngehancurin hampir seluruh Banda Aceh? Ribuan orang nyari perlindungan di sini, dan dia cuma kena retak kecil doang.
Itu sebabnya, banyak yang bilang ini mukjizat. Saya suka duduk di pelataran sambil denger cerita dari warga lokal, mereka cerita dengan mata berbinar soal bagaimana masjid ini jadi saksi bisu perjuangan mereka. Buat kamu yang suka traveling dengan sentuhan spiritual, ini tempat yang pas banget buat recharge energi.
Selain itu, masjid ini juga punya vibe yang inklusif. Wisatawan dari mana aja boleh masuk, asal hormati aturan ya. Ada museum kecil di sekitarnya yang cerita lebih dalam soal Aceh, plus taman-taman hijau yang cocok buat foto-foto. Saya ingat waktu itu, lagi asyik jalan-jalan, tiba-tiba ada kelompok turis asing yang lagi belajar soal arsitektur Islam. Mereka kagum sama detail ukirannya. Pokoknya, gak cuma buat umat Muslim, tapi siapa pun yang penasaran sama budaya Indonesia. Kalau kamu lagi rencanain trip ke Sumatera, jangan lewatin deh, pasti nyesel kalau cuma liat dari foto doang.
Intinya, Masjid Raya Baiturrahman ini punya daya tarik yang timeless. Dari pagi buta saat subuh sampe malam hari pas lampu-lampu nyala, selalu ada alasan buat dateng. Saya yakin, setelah baca ini, kamu udah gatal pengen packing tas. Yuk, kita bahas lebih dalam soal sejarah dan segala pesonanya biar kamu siap explore!
Sejarah Singkat yang Bikin Terpukau
Masjid Raya Baiturrahman gak lahir begitu aja, bro. Ceritanya dimulai dari abad ke-17, pas masa Kesultanan Aceh yang lagi jaya-jayanya. Sultan Iskandar Muda, raja hebat waktu itu, bangun masjid pertama tahun 1612.
Katanya sih, ini buat jadi pusat ibadah kerajaan, lengkap dengan atap jerami berlapis yang khas Aceh. Bayangin, waktu itu Aceh masih jadi pusat perdagangan rempah-rempah, jadi masjid ini kayak simbol kekuasaan dan keimanan.
Tapi, nasib berkata lain. Tahun 1873, pas Belanda nyerang Kraton Aceh, masjid dipake sebagai benteng pertahanan. Akhirnya, terbakar gara-gara peluru flare dari pasukan kolonial. Sedih banget, kan? Tapi, dari situ lahir versi baru yang lebih megah.
Jenderal van Swieten, pemimpin Belanda waktu itu, janji bakal bangun ulang sebagai tanda damai. Mulai 1879, batu pertama ditanam oleh Tengku Qadhi Malikul Adil, yang nanti jadi imam pertama.
Selesai dua tahun kemudian, tepat 27 Desember 1881, pas masa Sultan Muhammad Daud Syah. Awalnya, banyak warga Aceh yang ogah salat di sini karena dibangun musuh. Tapi lama-lama, dia diterima dan jadi kebanggaan.
Saya suka bagian ini, soalnya nunjukin gimana masjid bisa nyatuin orang di tengah konflik. Hingga sekarang, dia tetap jadi ikon Banda Aceh, bahkan muncul di uang Rp10.000 edisi 1998. Keren, ya?
Sepanjang abad ke-20, masjid ini terus dikembangin. Tahun 1936, tambah dua kubah samping. Lalu 1957, dua lagi di belakang, bikin total lima kubah yang melambangkan Pancasila—simbol persatuan Aceh dengan Indonesia. Dua menara tambahan juga dibangun waktu itu. Terus, 1982, ada renovasi besar lagi.
Yang paling bikin geleng-geleng kepala adalah pas tsunami 26 Desember 2004. Gempa 9,1 skala Richter dan gelombang raksasa sampe 30 meter, tapi masjid ini cuma retak dinding dan satu menara miring sedikit. Ribuan orang selamat karena ngungsi di sini. Saya baca cerita survivor yang bilang, "Ini mukjizat dari Tuhan." Benar-benar bikin merinding, dan bikin kita apresiasi betapa kokoh strukturnya.
Arsitektur yang Memesona, Campuran Timur dan Barat
Sekarang, mari kita zoom in ke bentuknya yang bikin orang takjub. Masjid Raya Baiturrahman ini gabungan gaya Mughal dari India sama elemen kolonial Belanda, ditambah sentuhan lokal Aceh. Dinding putih bersih kontras sama kubah hitam legam yang mengkilap, kayak permata di tengah kota. Ada tujuh kubah total sekarang, masing-masing punya pola ukir rumit yang cerita soal ayat-ayat Al-Quran. Menara utamanya setinggi 35 meter, berdiri gagah kayak penjaga.
Saya suka jalan keliling, liat detail ornamennya, dari kaligrafi sampe motif bunga yang halus banget. Arsiteknya, Kapten Gerrit van Bruins dari Belanda, desain ini biar masjid keliatan megah tapi tetap sederhana.
Bagian dalamnya juga gak kalah wow. Lantai marmer dingin yang nyaman buat sujud panjang, plus ruang utama yang bisa muat 30.000 orang. Ada sembilan pintu masuk, masing-masing punya lengkungan setinggi 10 meter dengan ukiran kayu jati.
Kalau kamu naik ke menara, pemandangan Banda Aceh dari atas tuh luar biasa—laut, gunung, dan kota yang lagi bangkit. Tapi hati-hati ya, tangganya sempit. Yang modern, ada tenda lipat di halaman buat lindungin dari hujan atau panas. Renovasi terbaru bikin dia lebih ramah turis, termasuk jalur akses buat kursi roda. Pokoknya, arsitekturnya gak cuma indah, tapi juga fungsional dan penuh makna.
Elemen Khas yang Wajib Kamu Perhatiin
- Kubah Hitam Legam: Tujuh buah, simbol tujuh lapisan langit dalam Islam. Yang tengah paling besar, diameter 13 meter.
- Menara Delapan: Empat utama di sudut, empat lagi di gerbang. Yang tertinggi ikonik banget buat foto silhouette saat sunset.
- Ukiran dan Ornamen: Motif flora-fauna Aceh campur kaligrafi Arab, semuanya handmade dari kayu dan batu kapur.
- Halaman Luas: 4 hektar, dengan air mancur dan pohon-pohon rindang. Tempat ideal buat piknik santai atau baca buku.
Tips Praktis Buat Kamu yang Mau Ziarah
Oke, kalau udah penasaran, yuk siap-siap dateng. Pertama, waktu terbaik adalah pagi atau sore hari, biar gak kepanasan. Masjid buka 24 jam, tapi salat Jumat rame banget, suasananya hidup dengan ribuan jamaah.
Kalau kamu wisatawan, pakai pakaian sopan ya yaitu lengan panjang, celana panjang, dan jilbab buat cewek. Ada sarung gratis di pintu masuk, jadi gak usah khawatir.
Sumbangan sukarela boleh, buat pemeliharaan. Saya saranin dateng pas event seperti Maulid Nabi atau Idul Fitri, ada pengajian dan bazaar makanan khas Aceh seperti sate matang atau kuah lambok.
Transportasi gampang, dari bandara Sultan Iskandar Muda cuma 30 menit naik taksi atau ojek online. Parkir luas, tapi kalau rame, cari spot di sekitar Blang Padang. Di sekitar masjid, ada Museum Negeri Aceh yang cerita soal sejarah kerajaan, plus Tsunami Museum buat refleksi. Buat makan, coba warung mie Aceh atau es cendol di pinggir jalan.
Oh ya, kalau lagi banjir seperti akhir 2025 ini, cek update cuaca dulu, masjid sediain colokan buat charge HP gratis buat warga terdampak. Patut diapresiasi banget! Intinya, dateng dengan hati terbuka, dan pulang dengan cerita baru.
Buat kamu yang lagi bikin konten, masjid ini spot foto premium. Cahaya alami pagi bikin warna putihnya glowing, apalagi pas azan Maghrib. Saya pernah liat vlogger yang bikin video drone dari atas—spektakuler! Kalau pelaku bisnis, ini peluang kolab dengan tur lokal atau souvenir khas Aceh. Pokoknya, pesonanya gak pernah pudar, selalu ada sesuatu yang baru buat ditemuin.
Ngomongin Masjid Raya Baiturrahman, saya gak bisa berhenti kagum sama bagaimana satu bangunan bisa nyimpan begitu banyak cerita. Dari perjuangan melawan penjajah, selamat dari bencana alam, sampe jadi tempat berkumpulnya hati-hati orang dari berbagai latar.
Setiap kunjungan, rasanya seperti pulang ke rumah besar yang penuh kenangan. Kamu yang baca ini, jangan tunda lagi—rencanain trip ke sana, dan rasain sendiri kedamaian yang dia tawarkan. Aceh nunggu kamu, dengan senyum ramah dan pesona abadi.
Akhirnya, masjid ini ngingetin kita bahwa keindahan sejati ada di ketangguhan dan makna di baliknya. Saya harap cerita ini bikin kamu terinspirasi, entah buat ziarah, traveling, atau sekadar belajar sejarah. Sampai jumpa di Banda Aceh, ya! Semoga perjalananmu lancar dan hati penuh berkah.
0 Komentar